Selasa, 31 Desember 2013

2013-2014

Alhamdulillah,,,
Masih diberi umur hingga akhir tahun ini, 
Alhamdulillah,,,
telah merasakan banyak ujian, pengalaman dan hikmah di tahun ini
dan aku bersyukur masih memiliki keluarga yang utuh juga Tuhan dan Rasulullah yang selalu melindungiku,
Tahun ini, mungkin bisa dibilang tahun yang benar-benar indah
tahun yang menyimpan banyak memori,
tahun jatuh dan bangunku,
dan aku akan berjanji agar menjadi manusia yang lebih dewasa dan sukses,

Mungkin perayaan tahun baru masehi bagi Islam itu memang tidak ada,
namun bukan berarti hanya diam di tempat dan tidak melakukan muhasabah kan?
yang dilarang itu bukannya perayaan yang tidak penting seperti yang dilakukan hampir setiap jiwa?
membuat jalanan macet, membuat jantung orang tua kaget dan membuat orang-orang lupa akan sang pencipta (kiasan).

Setidaknya lah ada resolusi yang harus dicapai untuk tahun berikutnya,
itu juga tujuannya baik, agar kita lebih semangat lagi dalam berusaha dan berdoa dalam meraih sukses.
dan aku bangga detik-detik terakhir ini, aku harus ngebut baca quran,
karena apa? aku punya target harus khatam akhir tahun,
dan Alhamdulillah aku telah melakukannya barusan :))

bukan pamer atau apa, namun dari 1 peristiwa itu telah mengajarkanku....
Jika kita bersungguh-sungguh, maka kita pasti BISA !!!
dan itu terbukti barusan :))

Okee, selamat tinggal tahun 2013 dan
Selamat datang tahun 2014 :)
be better ya ;)

Selasa, 10 Desember 2013

Love is Blind

Cewek itu kalau sudah jatuh cinta selalu rela ngelakuin apapun untuk mendapatkannya, mudah banget terpengaruh sama modusnya para cowok. Akupun sebagai cewek juga heran, hemm....mungkin memang cinta itu buta kali ya *thinking*. Contoh-contoh kasusnya nih menurut beberapa sumber yang ndongengi aku, simak nih baik-baik sapa tau kalian juga kayak korban dibawah ini nih...

Yang Pertama :
Sudah tau kalau disms balesannya singkat-singkat, masih aja tuh cewek ngajak smsan, kalo aku mah ogah sama cowok cuek gitu. Sudah balesannya singkat-singkat, eh yang sms duluan ntuh cewek, ampun deh demi apa coba tu cewek yaa *tepok jidat*.

Yang Kedua :
Sudah tau dia ninggalin kamu dan berpaling ke cewek lain, masiiih aja ya kamu berharap sama dia. Kamu itu di PHP ceritanya, nggak ada kerjaan lain apa? ngapain repot-repot nunggu yang tak pasti, hello girlz menunggu itu membosankan loh, caya deh :').

Yang Ketiga :
Sudah tau di PHP masiih juga mikirin si do'i, bahkan ada yang sempet-sempetnya stalker setiap saat mulai dari twitter, fb, bbm atau bahkan linenya, hohoho gimana, kalau udah bosen kalian stalking rumahnya sekalian, mantap tuh *bisa-bisa dikira maling ayam loe*. Sumpah ya, mikirin ataupun stalking si do'i itu bener-bener nggak ada gunanya, belum tentu juga toh tuh cowok juga mikirin kamu girls. Ingat time is money, mending ngerjain tugas kuliah kan daripada stalking gak jelas, oke gak?

Yang Keempat :
Pas kamu lagi deket nih sama temen cowokmu, eee tiba-tiba dimodusin, yaa nggombal-nggombal gitulah biasa cowok, terus kamu lama-lama digituin ngerasa si do'i suka sama kamu. Pernah nggak gitu girls? waaa awas nih bahaya bingit kalau kalian sampek kegeeran terus kalian tiba-tiba sok-sok jaim gitu deh kalau deket sama dia, huhu jangan sampek ya girls. Bisa-bisa si do'i illfeel malahan, be your self aja deh kalau udah kayak gitu :')

Yang Kelima :
Nih, terakhir nih. Ini ceritanya sudah PDKT ya girls atau sudah pacaranlah, intinya itu sudah deket dan dia ngerasa sudah nggak cocok sama kamu terus menjauh atau mutusin kamu. Kalau gitu yasudah lah girls gak usah ngotot ngejar dia, toh cowok di dunia iini masih banyak. Mending kalian fokus deh sama kuliah atau sekolah kamu, dan tancapin dalam diri nih mindset baru "Aku harus lebih sukses dari cowok itu". Nah, dijamin deh 4-5 tahun lagi kalau kamu ketemu dia dan jauh lebih sukses otomatis nih ada magnet, mereka pasti tertarik dengan sendirinya sama kita girls. Paling juga nyesel yee udah ngelepas kitaa duluu. Mwihiiii :))


Okee deh para girls yang mbaca dan mungkin ada para boys yang mbaca, jangan ada yang tersinggung atau apanih atau malah menyalahkan argumenku, wushuss kalau kritik dan saran sih pasti Putri terima di komen bawah yaa. Tapi kalau ngomel marah-marah sihh, jangan yaaa, ini hanya keisengan semata tulisan dari tumpukan tugas kok guys. Hehehe okee see you next articel, Bye :) 

_Putri_

Tangisku dalam kesendirian :'(

~Ini bukanlah puisi atau curhatan, namun ini hanya sebuah tulisan yang kupersembahkan untuk kalian yang sedang galau dalam kesendirian~

Aku sendiri dan sendiri lagi,
Menatapi suasana yang ramai,
Aku heran...heran,
Mengapa mereka seperti itu?

Mungkin ada yang salah dari diriku,
Hingga ku tak sadar...
Satu persatu dari mereka t'lah menjauh,
Hilang mungkin terbawa angin.

Ah...ini hanya perasaanku saja,
Terkadang mereka datang,
Terkadang pula mereka mengabaikan diri ini,
Sakit...sakit rasanya.

Ku coba menghibur diri,
Ku coba mengajak curhat teman lamaku,
Namun apa daya?
Merekapun sudah sibuk akan urusan pribadi.

Aku benar-benar kehilangan arah,
Frustasi, stress, butuh sang pencerah,
Kemana teman-teman yang selalu kubanggakan dulu,
Kemana? Jeritku dalam hati.

Aku benar-benar sendiri,
Butuh perhatian namun tak ada yang peduli,
Hanya setetes air mata dan doa kupanjatkan,
Serta...tulisan ini yang akan menjadi saksi.


~Putri~




Rabu, 30 Oktober 2013

Masa kecil itu layak untuk dikenang

Malam itu aku sedang asyik menikmati dinner bareng keluarga, seketika kudengar ramai dan berisik tepat didepan rumah. Aku tengok dari dalam rumah, kubuka tirai jendela dan kulihat sumber suara itu. Ternyata hanya anak-anak kecil yang sibuk bermain di rumah tetanggaku, ya itu mengingatkanku pada sekitar 9 tahun silam. Aku kecil yang hobi banget maen sama para cowok yang sekarang mungkin mereka sudah melupakan kejadian itu. Maklum, dari seusia mereka memang aku satu-satunya cewek di sini. Aku juga manusia normal yang ingin menikmati masa kecilku, mau tidak mau aku ya harus bergabung main bersama mereka.
Mulai dari main kelereng, patelele, tamagochi, banteng-bantengan dan catur. Bukan berarti aku tidak pernah merasakan permainan cewek, semenjak ada tetangga baru dan dia cewek seusiaku tapi lebih muda, aku juga sering banget main sama dia main bekel, lompat tali, dolip-dolipan terus apa lagi entahlah lupa. Aku mulai mengingat-ingat lagi teman-teman kecilku dulu kemana semua saat ini, rasanyaa semua itu berubah sejak kita sama-sama menginjak remaja. Apalagi sejak salah satu temanku yang berinisial "I" ini pindah rumah dan hingga sekarang aku tak tahu dia dimana, bahkan dari cerita para orang-orang tua dulu, aku sering ngaku-ngaku kalau pacarnya "I" lucu banget kalau membayangkan hal itu, dia memang akrab banget sama aku, tetangga depan rumah malah, tapi sekarang aku masih berharap bisa bertemu dengannya. Selain dia ada jga yang inisialnya itu "A" dia masih tetanggaku sih sampai sekarang, tapi rasanya bertemupun jarang bahkan kita mungkin sudah sama-sama sibuk denga dunia masing-masing, tanya-tanya kabar aja harus melalui kakakku yang sering ngobrol dengannya. Kalau aku dan dia mah rasanya sungkan kalau saling sapa :)
Ya, mereka berdua itu yang paling akrab denganku kurasa dan masih ada lagi sekitar 3 anak lagi mungkin, dan aku ingat banget ketika ada lomba catur di kampung, si A itu jagoo banget caturnya, entahlah demi apa aku bisa lawan dia di final, alhasil aku kalah tapi tetep jadi juara 3, dia juara 2 dan kakakku juara 1. Itu berkesan banget bagiku, satu-satunya peserta cewek dan bisa menang, alhamdulillah.
Lamunanku yang cukup lama tersadar setelah terasa lemparan pelan dikakiku "sandal jepit?"batinku. Oh shitt, kakak yang melemparnya padaku, ku balas lempar sandal balik dan aku pun kembali dalam dunia nyataku, dunia remajaku bukan lagi dunia anak-anak. Tetapi, bagiku masa yang paling indah dan pantas untuk dikenang adalah masa kecil bahagia. Sekian :)

~Princess~

Sabtu, 12 Oktober 2013

Kado Untuk Mama


            “Dinda...Aldy...Ayo segera turun, makan pagi sudah siap sayang.”teriak mama mengagetkanku yang sedang asyik memahami rumus matematika untuk ujian hari ini.
            Segera kututup buku sakuku dan kupaksakan kakiku melangkah menuju ruang makan. Sejenak aku melihat beberapa hidangan pagi ini, hanya ada nasi goreng, roti bakar, ayam goreng dan telur dadar serta segelas susu coklat favoritku.
            “Yah, kok ayam lagi sih Ma. Aku makan roti aja deh.”keluhku
            “Roti itu untuk kak Aldi sayang, Kamu kan hari ini ujian, harus makan nasi ya.”
            “Dinda, di luar sana banyak anak-anak yang ingin makan ayam goreng. Kamu hargai masakan Mama pagi ini ya, makan seadanya nggak usah mengada-ngada. Oke bawel.” Nasihat kak Aldy sambil mengusap rambutku yang terurai panjang selembut sutra.
            Sebelum mendengar tambahan nasihat dari Papa yang sedari diam dari tadi. Aku segera mengambil Nasi goreng dan telur saja tanpa Ayam, karena aku sudah bosan dengan hewan ovipar satu ini. Bagaimana tidak? Hampir seminggu ini, kalau tidak soto ayam ya ayam goreng kalau nggak begitu ya fried chicken, bosan banget kan?
Inilah aku, Adinda Claudia siswi bawel yang saat ini duduk di kelas 3 SMP dan aku putri bungsu pasangan Bapak Hidayat dan Ibu Suci. Aku lahir di Surabaya, tinggal di Surabaya, sekolah di Surabaya dan aku sangat mencintai Surabaya. Aku punya kakak yang sangat bijak dan sangat usil kalau lagi gila, tapi sangat bermanfaat kalau aku butuh tentor matematika dadakan. Namanya Reynaldy Putra, aku biasa manggil kak Aldy atau kak hebat. Bagi kak Aldy yang masih duduk dikelas 3 SMA, masa muda adalah masa dimana kita mencari jati diri yang sebenarnya. “Karena itu, selagi ada waktu jangan sia-siakan masa mudamu. Carilah info sebanyak-banyaknya tentang apapun yang ingin kamu ketahui, jangan mudah menyerah.”kuiingat betul pesan kak Aldy ketika aku mencurahkan isi hatiku yang sedang galau kepadanya.
Usai makan pagi, aku segera menuju mobil dan menunggu Papa dan Mama yang masih bingung mencari kunci rumah yang hilang entah diambil siapa. Kulihat kak Aldy sudah mengeluarkan motornya dan seketika timbul rasa takutku terlambat ke Sekolah, segera aku keluar mobil.
“Kak Aldy, Aku bareng kakak ya. Ini sudah jam 6, aku ada ujian matematika jam pertama kak, aku nggak mau terlambat hanya karena masalah pencarian kunci.”wajah memelasku berhasil merayu kak Aldy yang sebenarnya jalan sekolahku dan sekolahnya sangat berlawanan arah.
“Ma, Pa, Aku berangkat sama kakak ya. Aku takut terlambat, Assalamualaikum.” Aku hanya berteriak dari luar rumah entah Papa Mama mendengar atau tidak. Kak Aldy segera menjalankan motornya dan Akupun tersenyum bahagia, karena akhirnya selama 3 tahun keinginanku diantar kakak ke sekolah sekali saja terkabul hari ini.
Ujian Matematika tiba, dengan senang hati dan wajah tersenyum indah bagai sang fajar pagi ini kuterima soal ujian dan perlahan kukerjakan seteliti mungkin. Dalam waktu 1 jam Aku sudah berhasil menyelesaikan semua soal dan sangat yakin akan mendapatkan hasil maksimal. Lain lubuk lain belalang, lain pelajaran lain juga ujiannya. Yah, Aku sangat kesulitan ketika mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Entah apa penyebabnya, banyak jawaban yang membuatku galau. Semua yang aku pelajari sama sekali nol, tidak ada yang keluar satupun.
Sampai di rumah segera kututup rapat pintu kamar dan tidak sanggup jika malam ini, mama akan dapat kabar buruk tentang nilai bahasaku dari Ibu Yuli, guru bahasa Indonesia yang masih sahabat Mama dan selalu melaporkan terlebih dahulu nilaiku pada Mama. Aku tertidur dalam rasa sedihku dan tak sadar kalau aku melalaikan sholat Ashar dan Maghrib.
“Dinda...Dinda...Dinda, kamu ngapain? Ayo makan malam dulu, ini Mama belikan Nasi Rendang” ketukan dan panggilan Mama dari luar mengagetkanku, segera Aku beranjak bangun menuju ruang makan. Mama mulai melotot ketika melihatku.
“Kamu bangun tidur?”tanya Papa, aku hanya mengangguk pelan dan menunduk
“Mama bilang berapa kali sih, waktu ashar dan maghrib itu nggak boleh tidur, bisa menyebabkan gila Dinda. Cobalah kamu biasakan tahan dulu hingga usai isya, barulah usai sholat Isya kamu boleh tidur. Yasudah, kamu makan. Terus segera mandi air hangat ya.”Nasihat Mama panjang lebar dan aku hanya bisa mengangguk seperti orang lupa segalanya.
Baru sadar kalau aku belum makan siang, segera kuhabiskan makan malamku sebanyak-banyaknya dan kuceritakan ke Kak Aldy dan Papa tentang ujian Matematikaku hari ini. Entah saat itu Mama pergi kemana habis menasihatiku tadi, mau minum karena salivanya mulai habis atau ngapain aku tidak tahu pasti. Mama tiba-tiba datang dengan telephone dalam genggaman dan kembali menatap mataku. Deg....Apalagi yang salah padaku hari ini?
“Dinda, kamu kan orang Indonesia lalu belajar bahasa Indonesia berapa tahun?”
“Sejak kecil Ma.”aku menjawab lirih dan mulai mengingat, pasti Mama barusan dapat laporan dari Bu Yuliana tentang nilaiku nih, mampus deh.
“Lalu, kenapa nilai ujian Bahasa Indonesiamu hari ini mendapat 4 din? Kenapa? Mama nggak pernah ngajari kamu bahasa Indonesia? Kamu sudah Mama beri tambahan belajar di luar, sudah ada Kakakmu yang siap membantu. Tapi kenapa, semakin kamu besar, Nilai kamu semakin turun? Bukan hanya di bahasa Indonesia, begitu juga Biologi dan IPS.”bentak Mama
“Mama nggak pernah ngajari aku, Mama dan Papa hanya pernah cari uang nggak pernahkan peduli sama pelajaranku, Mama cuma bisa menuntut nilai yang bagus, nilai yang bagus dan rangking pertama. Bukannya aku sudah memenuhi itu semua Ma? Kenapa sih, cuma karena nilai Bahasa Indonesia 4 aja, Mama marah-marah kayak gini? Toh, Mama kalau ngasih aku tambahan pelajaran di luar juga yang murahan, beda banget sama kakak yang selalu masuk kelas mahal. Jadi, ya jangan terlalu menuntut Dinda seperti itu dong.”Aku berdiri dan meninggalkan meja makan dengan hati yang sangat-sangat bersalah karena sudah berbicara yang tidak sopan pada Mama.
Aku membersihkan diri dan mengambil air wudhu, Aku menangis dalam sujudku memohon ampunan dari sang Ilahi, imajinasiku merasakan Allah mendekap tubuhku dan aku sangat tenang dalam sajadah ini. Tapi hatiku masih merasa sakit dengan semua ini, entah ini sebuah tekanan batin yang lama kusimpan atau hanya gejala stress yang belum aku mengerti.
“Dinda, Ini kakak. Tolong kamu bukakan pintu yah, nggak ada Mama sama Papa kok disini. Dinda pinter kan?”suara kakak memang sangat lembut cuma kak Aldy malaikatku. Aku membuka pintu dan segera kupeluk erat kak Aldy, Aku menangis dalam dekapannya kali ini bukan imajinasi. Aku juga segera menjelaskan penyebab nilai bahasa indonesiaku hari ini buruk.
“Kakak tahu tekanan yang kamu alami, kakak juga pernah merasaka bahkan mungkin sampai saat ini. Tapi kakak mencoba mengabaikan perasaan-perasaan seperti itu, kakak mencoba berpikir dewasa. Kamu nggak perlu iri sama kakak yang ikut kelas ekslusif di bimbel, sekarang pelajaran SMA dan SMP itu masih sangat sulit SMA. Kakak yakin kalau kamu SMA besok, pasti Kamu juga merasakan kelas ekslusif seperti Kakak. Karena, Kakak dulu juga pernah merasakan kelas biasa seperti kamu dan Kakak rasa itu tidak penting, yang penting adalah kesadaran dari dalam diri kita untuk belajar dan bagaimana cara kita belajar sebentar tapi efektif,” Aku hanya mengangguk mendengar nasihat kakak yang berlogat seperti Pak Mario Teguh.
“Yasudah, kamu nggak usah nangis lagi. Jaga kesehatan untuk menatap hari esok, buktikan pada Mama kalau kamu bisa. Oke adek bawel?”
“Oke kak, makasih buat nasihatnya kakak hebat.”
“Yasudah, good night Dinda.”Kakak menepuk bahuku dan meninggalkanku yang sudah siap untuk pergi ke pulau kapuk.
Keesokan harinya, kudapati diriku berada di ruangan serba putih dan kulihat gantungan infus disampingku, seperti rumah sakit pikirku, kucubit tanganku dan “Au”. Kakak yang tidur disampingku terbangun mendengar jeritan pelanku, “Ini nyata”pikirku.
“Kak, Aku kenapa? Mama sama Papa mana?”
“Kamu tenang ya, 2 hari ini kamu panas tinggi dan menggigil tanpa sadarkan diri, Mama khawatir sama keadaanmu dan akhirnya Kami segera membawa kamu kesini. Mama dan Papa masih ada keperluan dengan dokter. Kamu mau minum?” Aku mengangguk
“Sayang, kamu sudah sadar. Alhamdulillah, maafkan Mama ya sayang, gara-gara Mama kamu jadi seperti ini.”ucap Mama yang tiba-tiba datang dengan muka cemas
“Aku yang salah kok Ma, maafkan Dinda juga ya Ma. Dinda sekarang sudah nggak papa kok, Dinda sudah sehat Ma. Habis ini Dinda boleh pulang kan? Dinda mau sekolah”
“Dinda, untuk saat ini Dokter menyuruh kamu untuk istirahat selama 1 minggu hingga kamu benar-benar pulih. Kamu sabar yah Sayang, kalau Dinda takut tertinggal pelajaran, Papa panggil guru privat untuk Dinda”Papa mengusap rambutku dan kulihat tangan Papa terbelit rambut rontokku yang cukup banyak tapi Papa segera menyembunyikan agar tidak kulihat.
“Pa, Ma, sebenarnya Dinda sakit apa? Rambut Dinda kenapa rontok? Sebulan lagi Dinda mau UNAS Ma, Pa. Tolong jelaskan penyakit Dinda, jangan ada dusta diantara kita.”
“Dinda, kamu cuma demam kok, rambut kamu rontok itu karena kamu stress atau bisa jadi kamu belum keramas ya?”Kak Aldy mencoba menghiburku Aku pura-pura tersenyum agar Papa Mama tidak khawatir, tapi jujur aku masih penasaran dengan semua ini.
Selama seminggu di Rumah Sakit, setiap hari Sahabat-sahabatku di Sekolah datang menjenguk dan membawakan buku pelajaran lalu menjelaskannya kepadaku. Aku juga tidak mau bergantung dan hanya tidur di ranjang besi ini. Sesekali kusempatkan diri untuk belajar sendiri, Sesekali juga Kakak yang menjadi tentor gratisku.
Tiga minggu menjelang UNAS aku dilarang untuk pergi sekolah, tubuhku benar-benar bertambah lemah saat ini, mau tidak mau Aku harus tetap dirawat dirumah sakit demi bisa mengikuti UNAS yang sudah berada di ujung tanduk. Saat kakak UNAS, Aku hanya bisa mendoakan dari Rumah Sakit dan mencoba tegar agar Kakak fokus di UNASnya. Aku ingin Kakak bisa meraih hasil UNAS tertinggi, begitu juga dengan diriku.
Waktu demi waktu berlalu, tibalah saat hari perangku dan tempat perangku ada di rumah sakit ini, aku siap melaksanakan UNAS hari ini. Aku yakin dengan bekal intensif 1 bulan di Rumah Sakit bersama Kak Aldy, Mama, Papa dan sahabat-sahabatku aku pasti bisa mengikuti UNAS dengan lancar.
Alhamdulillah, walaupun Aku berbeda dengan teman-temanku yang sehat disana tapi aku bisa mengerjakan dengan lancar. Sebulan menunggu hasil, dokter mengizinkanku dirawat di rumah saja. Dalam proses menunggu hasil itu, walaupun Kakak sibuk mempersiapkan untuk tes tulis masuk PTN tapi kak Aldy selalu menemaniku, selalu mengingatkan aku untuk minum obat dan selalu mengajak aku nonton walau hanya sekedar menonton spongebob atau kartun lainnya.
Hingga menjelang pengumuman hasil UNAS, usai dokter memeriksa keadaanku, aku berusaha mendengarkan hasil diagnosa dokter, terdengar lirih bahwa penyakit kanker otakku semakin parah dan hidupku tidak lama lagi. Mendengar itu seketika aku terdiam dan ingin sekali memberontak dengan keadaan ini.
“Kenapa Mama dan Papa tidak pernah memberi tahu Dinda kalau Dinda mengidap kanker. Kenapa mereka tega sama Dinda?”batinku bertanya-tanya, air mata mulai menetes.
Aku mencoba bertahan, umurku tinggal sebentar lagi aku nggak mau mencari masalah sama orang tuaku, kucoba simpan sendiri rasa sakit hati ini atas pengkhianatan dari keluargaku sendiri. Tapi kucoba berpikir dewasa, mungkin mereka tidak ingin Dinda sedih. Yah, aku harus berpikir dewasa seperti kata kak Aldy.
Pengumuman tiba, seminggu yang lalu Kak Aldy meraih nilai UNAS tertinggi di sekolahnya begitu juga Aku. Aku tidak menyangka ketika Mama, Papa dan Kak Aldy pagi ini tiba-tiba datang dan membawa kabar bahagia itu. Aku lulus dengan nilai tertinggi di Sekolah, tapi surprise itu serasa hanya kulihat dengan mata yang buram, aku setengah sadar begitu juga ketika aku tersenyum. Aku masih ingat kalau 2 hari yang lalu adalah hari ulang tahun Mama dan Aku belum sempat memberi kado buat Mama.
Allah maha adil, sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini setidaknya dengan nilai inilah aku bisa membahagiakan Keluargaku dan aku mencoba berkata lirih kepada Mama sambil memberikan selembar surat yang sempat kutulis tadi malam.
“Ma, Nilai UNAS ini adalah kado untuk ulang tahun Mama. Dinda minta maaf hanya bisa memberi ini semua kepada Mama, Dinda berharap Mama selalu bahagia disini bersama Papa dan Kak Aldy.”ucapku lirih, aku mulai melemah dan mendengar hembusan napas yang berhasil kuhirup kupeluk erat Mama.
“Untuk Papa, maafkan Dinda yang selalu bawel di rumah ini”
“Dan untuk Kak Aldy, terimakasih telah menjadi kakak terhebat dalam hidupku. Tolong jaga Mama dan Papa, bahagiakan mereka ya kak. Dinda pamit dulu”
“Dinda sayang, kamu ngomong apa sih, kamu kuat din kamu kuat.”Kak Aldy menyemangatiku, tapi aku rasa ini sudah bukan duniaku
“Lailahailallah Muhammadurrasulullah”aku mengucap kalimat terakhir untuk dunia ini.

***


Sabtu, 24 Agustus 2013

GADIS LUGU MENEMUKAN CINTA SEJATI



            Pagi yang cerah, matahari mulai menampakkan sinarnya, begitu juga murid-murid SMA Kartika mulai berdatangan menampakkan wajah yang berseri-seri. Hari itu, suasana kelas 11 IPA 1 sangat ramai dan mendadak hening ketika Bu Winda, wali kelas mereka, masuk dengan seorang cewek berkaca mata besar dengan rambut dikepang dua yang terlihat kusut.
            “Anak-anak Ibu mohon perhatiannya sebentar, hari ini kalian mempunyai teman baru dari Bandung. Nisa, sekarang silahkan kamu memperkenalkan diri kepada teman barumu.”
            “Pagi teman-teman, Nama Saya Nisa Pratiwi, Saya dari SMA.....”perkenalan Nisa dengan logat desa yang terlihat sangat gugup terhenti
            “Dari SMA kampung kan loe ?”sahut Santi, cewek cantik tapi judes yang menjadi pemimpin geng Cantika.
            “Nggak usah ngomong kita juga sudh tau kaleee”lanjut Siska yang juga termasuk anggota geng tersebut.
            “Iya, dari penampilan loe aja sudah kayak gitu. Seharusnya loe itu nggak pantes masuk sekolah ini, Soalnya disini itu anaknya keren-keren, tajir dan gaul gito. Nggak kayak loe yang....iuhhh cupu”ledek Sella, juga anggota geng yang terkenal kumpulan anak pejabat dan terkenal sombong dan jahatnya.
            Ledekan Sella diikuti tawa semua anak di kelas tersebut terkecuali Randi dan Dewi, Bu Winda segera menenangkan kelas dan menyuruh Nisa duduk di samping Dewi. Nisa hanya terdiam dan mengangguk, dalam hati kecilnya Ia menangis tak hati seorangpun yang tahu tangisan hati seorang Nisa.
            “Ucapan mereka tadi jangan didengerin ya, dulu aku juga pernah digituin kok. Kamu yang sabar aja ya”bisik Dewi sambil menepuk pundak teman barunya. Nisa hanya mengangguk pelan.
            Pelajaran Bu winda sudah satu jam berlangsung, bel istirahat mulai terdengar. Dewi dan Nisa masih sama-sama membereskan buku-buku mereka di meja. Randi yang masih saudara sepupu Dewi menghampiri meja saudaranya.
            “Wi, perpus yuk. Gue butuh literatur nih”
            “Ehm, bentar”Dewi berbalik melihat Nisa
            “Nis, kamu mau kantin atau perpus?”tanya Dewi
            “Perpus aja, Oh ya nama kamu siapa?”
            “Oh yaya maaf, Aku Dewi dan ini Randi sepupuku”
            Randi menjabat tangan Nisa, Randi yang memang terlihat cuek kepada semua cewek membuat Nisa merasa sungkan menatap wajah cowok tinggi putih dan berbadan Atlit itu. Padahal hati Randi sangat baik apalagi otak cowok ini juga cukup cerdas. Selama jam istirahat, Mereka bertiga mencari kesibukan sendiri-sendiri. Terkadang Randi dan Dewi bergurau, Nisa hanya diam dan tersenyum melihat tingkah kedua saudara itu.
            Sepulang sekolah Dewi dan Randi mengantar Nisa pulang, geng Cantika sangat tidak suka dengan kejadian tersebut. Sesampai dirumah, Nisa langsung memeluk Bundanya.
            “Bunda, kenapa teman-teman baru Nisa bilang kalau Nisa cupu bun ? Mereka bilang Nisa anak kampungan”
            “Nisa, dengarkan Bunda. Anak Jakarta itu memang sangat berbeda dengan anak Bandung apalagi Bandung tempat kita dulu tinggal kan memang benar-benar di pedesaan. Mereka yang bilang seperti itu kan sudah terbiasa hidup dikota dengan gaya yang sok kayak gitu. Jadi kamu jangan pernah sakit hati dengar ejekan mereka sayang”hibur Bunda
            “Iya Bun, Nisa tau. Terus solusi Bunda?”
            “Ya, kamu harus menyesuaikan diri Sayang. Tapi masih tetap di jalan yang benar. Pahami maksud Bunda ya Sayang”Bunda mencium dahi Nisa dan meninggalkan Nisa yang masih melamun memikirkan ucapan Bundanya.
            Ditengah malam, Dewi yang terbiasa nggak bisa tidur alias insomnia akut mencoba masuk kamar Randi.
            “Randi, Randii, bukain dong, temenin gue, insom nih”Dewi memelas sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Randi
            Randi membuka pintunya dan kembali menekuni buku yang ia baca di perpustakaan tadi. Dewi nyelonong masuk dan mengutak atik laptop Randi yang tergeletak di kasur berselimut bendera inggris.
            “Ciyee, loe rajin amat sih. Jam segini masih belajar. Itu membaca beneran atau mikirin Nisa hayoo?”goda Dewi
            “Apa sih wi, gue cumaa dikit kok mikirin cewek baru itu”
            “Yaelah gue kan Cuma bercanda, eeehh loe ngaku beneran ternyata”
            “Sialan loe”Randi merasa malu, Ia kembali menekuni bukunya tanpa memedulikan celotehan Dewi
            “Emang, apa yang lo pikirkan dari dia Ran?” Tanya Dewi serius untuk kali ini, tapi Randi pura-pura nggak mendengar
            “Ran, gue tanya beneran ini. Jawab nggak? Atau besok gue bilangin ke Nisa kalau loe suka sama dia?”
            “Ehh wii jangan sembarangan deh, bilang kayak gitu kan fitnah, ngapain juga gue suka sama cewek kayak gitu”
            “Awas kemakan omongon loe, yaudah terus loe ngapain mikirin dia tadi?”
            “Gue cuma kasihan aja sama Nisa, sebenarnya sih dia cantik kan? Kalau bisa menyesuaikan diri sih”
            “Tuhkan loe muji dia cantik, jangan-jangan loe udah jatuh cinta?”
            “Hadeh...Loe diajak ngomong serius dari tadi bercanda mulu wi. Udah ahh, gue mau tidur, minggir.”Randi menarik Dewi keluar dan mengunci pintu kamarnya. Menuju kamar, Dewi tetap teriak-teriak menggoda Randi
            “Randi jatuh cinta, Randi jatuh cinta, cie cie”
            Keesokan harinya, Nisa dijemput dua teman barunya. Nisa juga sudah mulai berani mengobrol dengan Randi yang kemaren hanya cuek dan dingin terhadapnya. Karena Dewi harus bertemu Bu Winda pagi ini, Nisa dan Randi hanya berjalan berdua menuju kelas. Tentu, semua siswa melongo termasuk tiga anggota geng Cantika.
            “Sialan, anak kampungan itu sok banget. Gue yang 1 tahun sekolah sini aja belum pernah diantar jemput Randi apalagi jalan berdua, diaa kok bisa sih ciiinn?”Santi geram
            “Sabar ciiinn, nanti kita beri dia pelajaran, biar tau diri itu anak kampung”Sella menanggapi
            Saat pelajaran Matematika berlangsung, Nisa selalu menjawab pertanyaan dengan benar. Hati Randi berdecak kagum melihat kepandaian Nisa, Ia nggak menyangka kalau cewek itu akan jadi saingannya untuk menduduki peringkat satu lagi. Randi tak mau kalah ketika dua soal terakhir tersisa di papan, Bu Tika kembali menawari siapa yang mau menjawab di depan. Randi dan Nisa mengacung bersamaan,
            “Yah, Randi dan Nisa silahkan maju”
            Mereka maju bersamaan, Randi hanya tersenyum kepada Nisa, Nisapun membalas senyuman cowok ganteng itu. Dewi hanya geleng-geleng kepala melihat mereka, sedangkan Santi hanya bisa menggeram dan memukul-mukul meja.
            “Bu Tika yang adil dong bu, masa sih dari tadi yang maju anak kampung itu, kasih kesempatan ke yang lain dong bu”Santi protes
            “Loh, kalau ada yang mengangkat tangan selain Nisa ya ibu pilih dia, kamu mau maju? Ya silahkan . Nisa, coba kamu balik ke bangkumu ya. Coba kita kasih kesempatan ke Santi”Nisa kembali duduk dan Santi tak kunjung berdiri dari kursinya
            “Kok saya bu, ya coba anak lain mungkin ada yang mencoba”
            “Loh, kan kamu yang usul, ayo maju, silahkan”Santi maju dan dia belum menulis sedikitpun jawaban, teman-temannya yang bosan karena terlalu lama menunggu, mempermalukan Santi didepan.
            “Lama amat San, cantik doang yang di besarin tapi otak kecil amat”celetuk Febri, teman sebangku Randi
            “Mangkanya, jangan sok, harusnya loe bersyukur ada Nisa tadi yang maju, kalau sudah didepan nggak bisa, loe yang dipermalukan kan?”ejek Mutia, seisikelas menertawakan Santi yang terlihat malu di depan kelas
            “Arghhh, shit”Santi yang tak kuat menahan malu, keluar kelas. Bu Tika segera menenangkan suasana kelas kembali.
            Jam istirahat berlangsung, entah siswa kelas 11 ipa 1 kelaparan atau kenapa, ruangan kelas kosong, hanya terlihat Nisa yang asyik membaca novel kesayangannya. Geng Cantika memanfaatkan suasana tersebut, Santi tiba-tiba menggebrak meja dan merampas novel Nisa.
            “Heh cewek kampung, seneng loe sekarang yaa, berhasil mempermalukan gue di depan kelas. Hah?”
            “Mempermalukan? Itukan salah kamu sendiri, siapa juga yg nyuruh jadi orang sok”Nisa memberanikan diri untuk membantah dalam hati ia berharap ada Randi atau Dewi yang segera datang.
            “Heh...Loe berani ngatain Santi sok, loe kali yang sok”bela Sella
            “Iya, loe ngapain juga sih cari-cari perhatian ke Randi, Randi itu calon pacar Santi”tambah Siska
            “Masih calon kan ? belum pacaran kan?”Nisa berdiri dari bangkunya dan menatap Santi
            “Iuhh,,,loe berani deket-deket sama gue, minggir kampungan”Santi mendorong Nisa sampai terjatuh dikursi
            “Auh, sakit”Nisa meringkik kesakitan
            “Santi”gertak Randi yang dari tadi mengawasi mereka dari luar, diikuti Dewi yang masih merasakan dinginnya es, sedingin suasana dalam kelas siang ini
            “Ran...randii”Santi gelagapan
            “Iya, kenapa? loe manusia iblis ya, nggak pernah taubat. Dulu Dewi sekarang Nisa loe gituin, mau loe apasih?”
            “Gue benci sama dia, gue cemburu lihat loe sama dia terus, loe belain dia terus, aku cinta sama kamu”santi mengaku jujur, Dewi Cuma melongo dan akhirnya berbicara
            “Secinta apapun loe sama Randi, Randi gak bakal mau kalau kelakuan loe kayak gini terus, ngerti nggak?”
            “Diam”Santi langsung menyobek novel Nisa, Nisa hanya menangis melihat novel kecintaannya itu membelah menjadi dua
            “Dasar perempuan kampungan!”Santi langsung menjambak rambut Nisa dan menampar Nisa sekeras-kerasnya hingga Nisa pingsan. Mutia yang barusan masuk bersama teman lainnya kaget melihat ulah Santi.
            “Mampus loe!”imbuh Siska dan Sella, mereka bertiga langsung lari menyerobot keluar kelas. Randi mengajak anak cowok lainnya untuk membawa Nisa ke UKS
            Semenjak kejadian itu, geng Cantika tidak diizinkan masuk sekolah selama 3 hari, sementara Nisa juga masih tak terlihat batang hidungnya selama 3 hari, bahkan 1 minggu sudah kelas sepi tanpa terdengar jawaban dari gadis lugu itu. Randi dan Dewi yang menghawatirkan kondisi sahabatnya, berencana untuk mengunjungi rumahnya, tapi selalu tampak kosong.
            Untunglah, kedua saudara itu tak kenal lelah. Hari ke-8 sejak peristiwa itu, mereka mencoba menjemput Nisa, kehadirannya hanya disambut Bunda Nisa yang asyik menjahit baju.
            “Bunda, Nisa ada?”tanya Dewi, Randi hanya menunggu di mobil
            “Loh, kamu terlambat nak. Kemarin, Nisa balik ke Bandung sama kakaknya. Dia pindah lagi disana, katanya nggak kuat sama sekolah barunya”
            “Nisa punya kakak? Setahu Saya Nisa kan anak sulung bun, terus Bunda kenapa nggak ikut?” Dewi merasa curiga dengan ucapan Bunda sepertinya Bunda sedang berbohong.
            “Sudah hampir setengah 7, buruan berangkat nanti terlambat”Bunda mengelak
            Dalam tanda tanya besar, Dewi kembali masuk mobil dan menceritakan semuanya ke Randi. Sesampai di sekolah, Dewi dan Randi parkir disebelah mobil ferrari putih, mereka nggak menyangka ada siswa yang memiliki mobil seharga 2 milliar itu. Suasana kelas juga ramai, semua anak berkumpul di bangku Santi.
            Dewi melongo, bukan Santi yang duduk disana melainkan gadis yang tak asing wajahnya bagi Dewi. Tetapi, kali ini Gadis dengan rambut terurai, baju rapi, Wajah cantik dengan mata berlensa kebiru-biruan menyapa Dewi dengan logat barunya.
            “Dewi, Randi. Halo, senang berjumpa dengan kalian kembali”menyapa masih dengan wajah anggunnya, Dewi dan Randi masih melongo. Dewi segera melihat kalung liontin yang biasa dipakai Nisa dan ia baru sadar kalau...
            “Subhanallah, Nisaaaaa”teriak Dewi lalu memeluk sahabat barunya itu
            “Ini Nisa? Bukannya Nisa pindah ke Bandung?”tanya Randi nggak percaya
            “Iyaa, itu Nisa bro. Perubahan total bro, lihat ! Mobilnya pakai ferrari, sudah berani duduk di tempat ratu sihir lalu wajahnya secantik putri salju lagi, benar-benar kembang desa yang sempurna” celoteh Febri
            “Ah loe feb, nyerobot mulu, calon pacar gue itu”celetuk Irfan
            “Nis, benar-benar kamu? Syukurlah kamu nggak jadi pindah ke Bandung, kalau saja jadi pindah....”
            “Randi bakal kesepian tuh Nis, seminggu kamu nggak masuk aja. Dirumah bad mood mulu”canda Dewi
            “Cie cie, Tembak tembak tembak”seru teman sekelasnya
            “Nis, ikut aku yuk”Randi tiba-tiba menarik tangan Nisa menuju perpustakaan yang masih sepi.
            “Nis, kamu tahu kan fisika tanpa matematika itu bagaimana? Mereka itu bagaikan cinta sejati, dan aku rasa...fisika itu sama kayak aku dan kamu itu matematikanya, aku tanpa kamu nggak akan semangat menjalani pelajaran yang bertambah sulit ini.”
            “Jadi, maksud kamu?”
            “Maukah kamu jadi cinta sejatiku?”Nisa yang ditatap dengan tajam oleh Randi sedikit gugup
            “Kamu begini, bukan karena aku berubah kan?”
            “Enggak Nis, Randi dari awal itu sudah suka sama kamu, dia aja yang malu-malu kalau aku tanya?”Dewi menyahut di balik rak buku “Dia Serius Nis”tambah Dewi
            “Baiklah, aku mau jadi matematika untuk kamu, Randi”
            “Alhamdulillah, selamat yaaa pasangan baru”tiba-tiba teman sekelas Mereka keluar dari tempat persembunyian yang sendari tadi mendengar percakapan Randi dan Nisa.
            “Loh,,,kalian”Randi dan Nisa tersipu malu dan sedikit kesal dengan ulah temannya
            “Bro, selain jago fisika, loe juga jago nggombal ya”goda Febri diikuti tawa lainnya.
            “Nisa....”Santi, Sella dan Siska tiba-tiba ikut masuk ke perpustakaan
            “Maafin kita bertiga ya”ketiga anggota geng Cantika berbarengan memeluk Nisa
            “Maaf beneran atau pura-pura tuh, hati-hati lo Nis”celetuk Mutia
            “Iya ya, no problem. Aku akan maafin kalian kalau kalian minta maaf ke semua teman yang pernah kamu jahati”ucap Nisa bijak
            “Sekarang kalian lihat kan, perempuan berhati malaikat seperti inilah yang pantas jadi cinta sejatiku”tambah Randi sambil menggaitkan tangan ke pundak gadis lugu itu, Nisa.


           

Kamis, 18 Juli 2013

Alhamdulillah

Ya Allah gustii Alhamdulillah sangat hari ini,
Yahh, aku tidak perlu menjawab pertanyaan di post ini,
Karena.......
Sudah hampir 2-3 bulan galauku dan engkau jawab hari ini,
Yahhh pagi-pagii sudah membaca sms dari Tiandini "Selamat rek :)"
Awalnya sudah kepedean gitu, ohh aku diterima berarti,
Bukan putri namanya kalau hobi percaya orang lain,
Usai shalat tahajjud, sebelum berangkat sholat shubuh,
kusempatkan untuk lihat pengumuman,
dan alhamdulillah sangat akhirnyaaa aku membaca tulisan iini
"SELAMAT! ANDA DITERIMA DI PRODI D4 ANALIS KESEHATAN KAMPUS SURABAYA."
Sangat bangga ketika Ibu menciumku berkali-kali,
Kejadiann hari ini takkan pernah kulupakan :*(biarpun kata orang lebay, i don't care)

Mungkin memang ITS menolakku 2 kali, UNESA, UB, STIS, PENS bahkan IAIN menolakku...
tapii Allah lebih mengetahui jalan yang terbaik untukku,
Okee, Aku harus bersyukur atas smua iini,
Walauu awalnya cemas dan galau, 
bagaimana kalau diterima di poltekkes,
Tapii...Ayah dan Ibukulah yang selalu memberi semangat,
"Itu sudah rencana Allah, ya harus diterima"kata mereka
Disinilah aku bangkit, dan harus meyakinkan diri,
"ini yang terbaik ini yang terbaik, yaaa harus kujalani kalau aku diterima disinii"

Aku sangat bersyukur atas kuasa Allah ini,
Justruu dari kegagalan inilah, 
Aku lebih bersemangat untuk menjalani D4 di poltekkes,
Dan bermimpi S2 akan kujalani di UNIVERSITAS INDONESIA,
Kalau masalah jurusan, mungkin akan ada ide yang muncul seiring berjalannya waktu,
Yahhh I believe I can reach it :)
Aminn :)


Maba Poltekkes Surabaya 2013/2014

Selasa, 16 Juli 2013

Kacau :)

Hening..hening.. dan hening malam itu.
hanya mendengar tek..tek..tek...jalannya jarum jam, terpaku?terharu?senang?sedih?galau? semua perasaan campur jadi satu. Bagaimana tidak?harapanku untuk lolos dan jadi maba ITS gagal begitu saja, melihat timeline, sms, status-status teman yang mengabarkan kalau diterima itu rasanya iri, sedih dan gimanaaa gituu. Tapii...mau gimana lagi, kehendak Allah seperti itu.
Terkadang aku terpikir lolos poltekkes itu sangat Alhamdulillah banget :'), tapii terkadang aku juga berpikir, kenapa sihh nggak bisa seperti mereka? usaha selama ini sia-sia dong, enak dong ya mereka yg bersantai-santai lalu ketrima? selalu ada erbagai pikiran seperti itu, bahkan sempat merasa kalau Allah tidak adil, tapii....nggak boleh nggak boleh. ALLAH MAHA ADIL, aku harus yakin ituu. yahh yakinn dan yakinn. Kalau memang takdirku di Poltekkes, yasudah...Alhamdulillah, syukur itu akan terucap berkali-kali dari lisan ini. Bagaimana kalau tidak? aku masih belum bisa menjawabnya -__-

Jumat, 12 Juli 2013

Maaf, Aku Memilih Setia :')

“Hoams” kucoba membuka mata sipitku untuk melirik jam weker berbentuk Menara Eiffel disamping ranjang tidurku. “Oh tuhann, sudah jam 6” seketika jantungku hampir terjatuh, akupun bergegas masuk kamar mandi.
“Mama kenapa nggak bangunin Rizki sih” omelku ketika menuruni tangga dan melihat Mama yang sudah seperti sales yang menawarkan berbagai makanan untuk sarapan.
“Sesekali biar kamu punya tanggung jawab dong, kamu kan cowok. Ayo buruan sarapan”
“Aishhh, sudah telat ma. Aku makan disekolah saja ma” aku segera menuju gudang untuk mengambil motor yang baru saja menjadi milikku setahun yang lalu.
Aku melaju dengan kecepatan hampir 60 km/jam, untungnya jalanan nggak semacet biasanya. Entah orang-orang sedang cuti bersama atau mungkin bolos sekolah bersama. Padahal ini hari senin, harusnya jalanan sangat padat, atau ini tanggal merah ya? Pikirku dalam perjalanan. Tapi...nggak nggak ini tanggal hitam kok, hari ini aku juga punya jadwal untuk tidak mengikuti pelajaran Biologi. Kuyakinkan diriku, okee ini beneran hari senin dan hari ini aku akan menerima beasiswa dari kantor papaku. Yippy, makan-makan deh. Hatiku yang sedang menguap-nguap kemarahan seketika sirna terselimuti kegembiraan.
“Fiuh, untung masih persiapan upacara” batinku. Kalau gagal untuk terlambat itu rasanya menyenangkan sekali. Masih dengan napas tersengal-sengal aku memasuki barisan kelas tergokilku, yah 12 IPA 2.
“Riz, telat bangun ya?” bisik cewek imut nan cantik disebelahkuku, Sintia, sahabat sekaligus cewek yang kusuka. Hanya dengan anggukan malu dan senyuman khas yang kuberikan ke gadis berambut sebahu yang tingginya kira-kira beda 50 cm dariku.
Tibalah saatnya untuk izin meninggalkan pelajaran guru terbuas, beruntung dan bersyukur sekali rasanya bebas dari auman Bu Siska hari ini. Sebenarnya sih, tertinggal 1 mata pelajaran itu sayang sekali bagiku, biasa aku bukan tipe anak pemalas seperti cowok yang lainnya. Aku punya cita-cita untuk menjadi pilot, salah satu cara lolos seleksi awal adalah aku harus berhasil meraih semua mata pelajaran unas minimal 8. Sudahlah, sesekali nakal boleh kali ya, pikirku. Aku segera mengeluarkan surat izin dan menunggu papa menjemputku.
“Ini titipan dari mama, kamu belum sarapan kata mama tadi” baru saja aku masuk mobil, papa sudah menyodorkan sekotak tempat makan berisi nasi goreng yang tadi kutinggalkan begitu saja di meja makan. Padahal kalau boleh jujur, aku sudah kelaparan sekarang. Segera kuambil dan kumakan dengan hati-hati, maklum derita pemakai behel ya seperti ini, makan saja harus pelan-pelan-pelan.
Hampir setengah jam berlalu, aku sudah berada dikantor Papa. Ternyata, masih sepi sekali, benar-benar ini papa yang terlalu rajin apa aku yang nggak sabar kabur meninggalkan Biologi sih. Sedikit demi sedikit rekan kerja papa mulai datang satu persatu bersama putra-putrinya penerima beasiswa, kukira ada 10 orang ternyata cuma 5 orang yang membawa putra-putrinya, 5 lainnya entah kemana. Diantara 5 anak itu, hanya ada 1 cewek yang menurutku, hemm aneh dan misterius. Cewek berjilbab, berkacamata, dilapisi kulit yang tak seputih kulitku, yippy kulit khas suku jawa, sawo matang. Cewek itu pendiam sekali, hanya sekilas senyum yang ia berikan padaku ketika tak sengaja saling bertatap muka.
Ketika penerimaan beasiswa, aku duduk tepat disamping cewek yang membuat rasa penasaranku mengepul-ngepul, aku mulai bernekat untuk pendekatan. Ku ingat kata sahabat-sahabatku “Kalau nggak sok kenal, bukan Rizki namanya”. Aku mulai menanyakan hal yang umum, nama yah nama. Tapi, bagaimana kalau ku tanya dan hanya dijawab dengan senyuman? Malu setengah mati kan, didepan rekan-rekan kerja papa pula. Ah, sudahlah niatku hanya untuk berkenalan, kusisngkirkan pikiran-pikiran negatifku.
“Dari SMA mana?” loh, kenapa aku malah tanya sekolah dulu, bukannya tadi rencana tanya nama? Aihh, sudahlah. Syukur-syukur kalau dijawab hehe...
“SMAN 22 , kamu?” aku nggak salah dengar kan, suara lembut itu keluar dari gadis yang cuek itu. Lega sekali rasanya, dia malah balik nanya. “SMAN 20, Rizki” Segera kuulurkan tangan besarku yang dibalas uluran tangan panjang gadis itu sambil berkata “Nabila”. Sudah saling mengenal begini itu enak banget, percakapan singkat terjadi diantara aku dan gadis yang...yahh lumayan tinggi untuk seukuran gadis normal, mungkin aku dan dia hanya beda 10 cm. Usai penerimaan beasiswa, aku dan papa pelan-pelan menuruni anak tangga, ternyata Nabila dan ayahnya sudah ada dibelakangku. “Mari om” pamitku pada ayah Nabila, entah kenapa aku lupa untuk pamit sama siNabila. Duhh memang yaa, biasaa mungkin sedang ling-lung akunya.
Sesampai dirumah, aku sedikit memikirkan Nabila, sekilas juga Sintia memasuki bayanganku, duh sial...aku diujung kegalauan rupanya. Hari demi hari berlalu, aku mulai melupakan Nabila karena memang sudah lost contact sejak itu. Rupanya semakin mendekati UNAS, rasa cintaku kepada Sintia semakin menjadi-jadi. Hingga tak sadar, ketika asyik tidur-tiduran ku buka Interaksi twitterku. Kaget setengah mati ketika kudapati ada 1 followersku bertambah dan itu Nabila, dengan mention “Follow back ya”. Wow, anak ini tau twitterku dari mana, rasa penasaran dan curigaku mulai saling bermunculan. “Pasti dia mulai suka sama aku” wahh, rupanya rasa Grku mulai kambuh. Oke, ku follow dia dan ku bales mentionnya agar ia tak kecewa. Ohh ternyata, sudah. Dia Cuma ingin menambah jumlah followers dan following twitternya sepertinya, tak ada mention balasan lagi darinya. Yasudahlahh, mungkin memang aku harus mengakhiri masa lajangku dengan Sintia, usai UNAS.
Waktu demi waktu berlalu, UNAS telah selesai begitu juga dengan masa lajangku, aku dan Sintia sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang masih hangat-hangatnya. Pengumuman kelulusanpun juga sudah kuterima, dan sedihnya nilaiku tak sesuai dengan yang ku harapkan, benar benar rasa down melandaku, Sintia yang kuharapkan selalu memotivasiku ternyata salah. Dia malah selalu mencari-cari kesalahan yang kuperbuat, rupanya dia sudah mulai bosan dengan hubungan asmara yang baru bertahan 1 bulan.
“Riz siap-siap ya, besok kita ke malang, rekreasi tahunan dikantor papa” ucap mama ketika aku asyik menikmati sate ayam Pak ahmad, tetangga sebelah. “Oke ma” aku segera melupakan nikmatnya sate ayam itu dan bergegas masuk kamar, pengen rasanya segera tidur, tak sabar menunggu hari esok, pasti ada Nabila disana, yah...ini kan hari liburan, pasti dia ikut. Ku siapkan beberapa pakaian dan aku terlelap dalam sunyinya malam sabtu itu.
Kesokan harinya aku bangun dengan wajah secerah sinar matahari pagi ini, aku segera memanaskan mobil dan berkali-kali mengklakson agar mama dan papa buru-buru masuk mobil. Memang usai kepergian kakak ke Paris, aku seperti anak tunggal yang dimanjakan oleh papa dan mama, alhasil ya beginilah...aku sering berbuat semauku tanpa pedulikan apapun.
Jarum jam yang melingkar di tangan kiriku menunjuk ke angka 8, rupanya rekan kerja papa kalau masalah rekreasi bisa tepat waktu gitu ya. Sebelum berangkat papa menyuruh semua untuk berkumpul berdoa bersama, segera kucari gadis berkacamata itu, aku tak menemukannya, tapi aku melihat sosok yang hampir mirip turun dari bus mini pariwisata yang sengaja disewa untuk keluarga yang tidak mempunyai mobil pribadi. Ada 2 cewek berjilbab dan tanpa kacamata, tapi yang satu tidak setinggi Nabila,  apa mungkin mereka kembar, atau adiknya. Oh entahlahh...aku mencoba mendekati seseorang yang kuyakinkan diri bahwa itu Nabila, yah aku mecoba senyum ternyata tak kusangka, dia lebih ceria dan lebih ramah dari sebelumnya.
“Hai Riz” ucapnya sambil mengulurkan tangan padaku, kusambut tangannya dan kubalas sapaan dengan penuh semangat. Benar-benar diluar dugaanku, awalnya kuanggap dia cuek se cuek cueknya cewek, ternyata aku dan dia tiba-tiba seperti teman yang lama akrab dan tak jumpa. Hingga tak terasa aku mengobrol dengannya cukup lama dan terhenti ketika Papa menegurku dengan dehaman yang khas “Mohon tenang, mari kita mulai berdoa” malu setengah mati sebenarnya, demi apa ini sampai aku nggak sadar kalau dilihatin rekan kerja Papa, termasuk Ayah Nabila, mungkin Nabila merasakan hal yang sama.
Hoamss, biasanya Surabaya-Malang cuma ditempuh dalam waktu 2-3 jam. Ini sudah jam 1 masih belum sampai hotel malah, efek liburan kendaraan padat pakai banget. Nggak tahu apa capeknya kaki nginjak rem gas rem gas, gara-gara macet 1 tempat wisata dibatalkan.
            “Iya, langsung hotel saja pa. Nanti malam saja biar anak-anak muda yang ke Batu Night Spectacular” usul Mama setengah melirik kepadaku, sepertinya mama tahu kalau aku ada perasaan sama Nabila, ini sebuah pancingan.
            Benar-benar hari ini serba diluar dugaan, masa iya makan siang dan sampai di hotel jam 3 sore. Untungnya cuaca sore yang sejuk dengan rintikan hujan berhasil mencairkan amarahku, ditambah lagi melihat wajah yang sudah nggak aneh lagi bagiku, sayang sekali Nabila langsung menuju kamar entah dia diet atau kesal dengan kondisi jalanan seperti yang kurasakan juga. Asyik-asyik menatap Nabila yang melintas didepanku tanpa melihat sedikitpun aku, tiba-tiba mama heboh.
            “Eh Riz, nanti malam kamu sama anak remaja lain ke BNS aja ya. Pake mobil Papa, kamu yang jadi supir” sebenarnya sangat bahagia kalau Nabila ikut, tapi masa iya Cuma pergi berdua.
            “Anak remaja siapa aja,ma? Aku nggak kenal”
            “Loh, bukannya tadi kamu sempet ngobrol sama anaknya pak Dermawan? Tadi mama sudah rundingan sama bu Dermawan, beliau setuju tuh. Ajak aja dia”
            “Nabila maksud mama? Masa cuma berdua ma?”
            “Ya, nanti diskusi lagi ya. Ayo buruan ke kamar, mama capek” Walaupun dimanja, tetep saja kalau mama nyuruh aku harus segera memenuhi permintaannya.  
            Malam ini, malam minggu yang kutunggu. Saatnya malam puncak acara rekreasi kantor, sudah seperti biasa pasti diisi suara-suara merdu rekan-rekan kerja Papa, nostalgia deh pasti. Daripada malas mendengarkan lagu-lagu jaman dulu, usai makan malam aku keluar ruangan untuk mencari angin segar. Tiba-tiba angin malam membawa hembusan rinduku pada Sintia, “Sintia masih marah nggak ya? Seharian nggak ada kabar” gumamku sendiri di heningnya malam.
            “Sintia, cewek kamu Riz?” suara itu membuatku terkejut dan entah seketika aku gagap dan bingung mau bicara apa.
            “Ehh, kam...kamu Bil. Ehm...iya, ngomong-ngomong kamu mau kemana?”
            “Mau ke kamar, bosan disana. Oh, ya tadi katanya ayah yang remaja mau ke BNS ya. Emang jadi?”
            “Kata mama sihhh juga gitu, tapi nggak tau lagi deh”
            “Rizkiii, kamu disini ternyata. Bagaimana? Cuma kamu sama Nabila yang ke BNS?”
            “Loh...yang lain ma?”
            “Mama itu tanya ke kamu? Soalnya tadi mama sudah menawarkan, nggak ada yang mau. Cuaca mendung katanya, takut bahaya di jalan”
            “Yasudah, berarti nggak jadi kan ma?” sebenarnya ingin sekali aku hanya berdua dengan Nabila, tapi karena statusku kan masih pacarnya Sintia.
            “Hemm,,,adeknya Nabila mungkin mau ikut?” mama masih saja ngeyel
            “Ehh nggak mau tante, adek pusing katanya”
            “Yasudah, kalau gitu terserah kalian ya. Itu kan urusan remaja, yuk..mama kesana dulu ya Riz” Mama berlalu meninggalkan aku dan Nabila, entahlah terkadang aku malu punya mama yang bawel kayak begitu.
            “Jadi, gimana Bil?” Aku memecahkan keheningan yang terjadi setelah kepergian mama
            “hah..apanya?” Nabila terlihat kebingungan, wajahnya terlihat kecewa ketika acara BNS itu batal.
            “Ke BNSnya?”
            “Kata kamu nggak jadi kan? Yasudah, aku ke kamar dulu ya. Sepertinya rekreasi kali ini cuma menghabiskan waktu di hotel”
            “Bil..Bil..tunggu” tak sadar aku menarik tangan Nabila yang hendak pergi.
            “Jangan ngomong gitu dong, papaku ketua panitia disini. Bagaimana kalau cuma kita berdua yang ke BNS?”
            “Ehm, maaf ya Riz. Aku nggak bermaksud gitu, tapii”
            “Sudahlah, kamu ijin orangtuamu ya. Ayo come on” ajakku bergembira
            Tak lama aku menunggu, Nabila keluar dari ruang acara dengan wajah yang ceria kembali sambil mengangguk padaku. Secepat kilat aku lari kekamar, dan mencuri kunci mobil papa. Segera aku dan Nabila melaju ke BNS untuk menghabiskan waktu liburan ini. Cuaca yang mendung membawa suasana hati yang berbeda. Rupanya aku mulai tertarik dengan cewek yang duduk disebelahku sekarang.
            Ku habiskan malam minggu yang indah itu dengan menaiki beberapa wahana bersama seorang bidadari yang baik hati dan datang saat aku benar-benar membutuhkan cewek seperti dia. Andai saja statusku belum berpacaran, mungkin malam ini dibawah lampion miniatur Menara Eiffel, kunyatakan cintaku kepadanya. Benar-benar Nabila sangat berbeda dari pertama kali yang kulihat, tanpa kacamata ia terlihat sangat manis seperti kembang gula yang saat ini ku makan bersamanya.
            Semakin lama aku dan dia berada di tempat romantis ini, semakin kenal juga aku dengannya. Banyak sekali topik yang kita bicarakan, mulai dari galau nilai akhir, galau gagal SNMPTN, galau SBMPTN hingga galau urusan cinta, sampai-sampai aku tak sengaja keceplosan curhat masalahku dengan Sintia.
            “Bil, andaikan aku belum jadi pacarnya Sintia. Mungkin aku bisa menjadi milikmu” kuberanikan diri untuk jujur di cafe khas BNS, perhentian terakhirku dan Nabila setelah capek beruji nyali di banyak wahana.
            “Maksud kamu Riz?” entah Nabila nampak pura-pura bodoh atau memang nggak mendengar ucapanku karena kerasnya musik di dalam cafe.
            “Aku cinta sama kamu Bil” aku setengah teriak, yang mengakibatkan Nabila tersedak ketika minum susu coklat hangat pesanannya.
            “Bil, kamu nggak papa kan?” Nabila malah terkekeh dan tersenyum, lalu mengabaikan tumpahan susu tersebut.
            “Riz, kamu serius ngomong seperti itu?”
            “Aku serius Bil” Nabila diam sejenak lalu menunduk, mungkin ia malu atau apalah aku bukan dukun yang bisa membaca pikirannya. Aku kaget ketika tangan dinginnya memegang tangan besarku yang cukup hangat menurutku.
            “Riz, jujur. Dari awal aku ketemu kamu, aku sudah ada perasaan sama kamu. Makanya aku langsung ngefollow kamu, dan bahkan aku mencoba cuek itu untuk ngecek, bagaimana sih respon kamu. Ternyata kamu sama sekali tak meresponku, oke...mungkin aku jelek. Aku sadar diri dan mencoba melupakan kamu saat itu” Nabila menarik nafas sejenak seperti bingung mau bicara apa,ku genggam erat tangannya berusaha mengembalikan konsentrasi agar dia melanjutkan ucapannya
            “Tapi, sekarang...aku nggak nyangka kalau kamu punya rasa yang sama. Aku juga ingin memilikimu, tapi Sintia?” mata Nabila mulai berkaca-kaca, takkan tega aku melihat dia menangis disini, ingin ku dekap tubuh gadis berjilbab ini, tapi itu tak mungkin.
            “Apa aku putuskan Sintia sepulang dari Malang?”
            “Jangan Riz, jangan. Kamu cinta sama Sintia kan sudah lama, setialah kepadanya”
            “Tapi kamu?”
            “Sudahlah Riz, anggap aja aku dan kamu nggak pernah saling cinta ya, kita teman. Oke” syukur, air mata gadis didepanku ini batal keluar. Aku menghela napas, heran,  masih ada ya cewek yang baik kayak dia
            “Hemmm, oke kita teman. Teman selamanya” aku mengaitkan jari kelingkingku ke jari kelingking Nabila.
            Tak terasa, jarum jam sudah ke arah jam 11. Dini hari, jalanan sudah longgar sangat mendukung untuk mempercepat waktu sampai di hotel. “Bil terimakasih ya?” aku kembali meraih tangannya sebelum ia keluar dari mobil
            “Buat apa Riz?”
            “Buat malam ini, kamu sudah mau jujur dan aku senang dengan kejujuranmu”
            “Iya, sama-sama ayo buruan keluar” aku keluar dari mobil.
Dalam sunyinya suasana malam di hotel kami berjalan berdua dan kali ini aku berhasil merangkul cewek tegar disebelahku. “Rizki lepasin deh” Nabila mencoba menjauhkan tanganku dari tubuhnya dan akupun kalah.
“Kan kita teman. Teman tapi mesra”candaku dan segera meninggalkan Nabila yang menaiki tangga hendak kekamarnya.
“Rizkiii...”Nabila sedikit gemas melihat ulahku dan ia berlalu menuju kamarnya di lantai 2.
Benar-benar aku masih memikirkan indahnya malam ini, hingga terlelap dalam empuknya kasur dan dinginnya kota batu. Keesokan harinya, aku tak menemui gadis yang baru saja mesra dengan ku tadi malam, mungkin ia masih terlelap dalam selimutnya atau memang ia sudah puas dengan liburan tadi malam sehingga hari ini cuma mengurung diri di dalam kamar?. Berbagai diagnosa mengelilingi kepalaku, bukan Rizki namanya kalau nggak hobi mendiagnosa.
Hari ini, ada jadwal menuju perkebunan strawberry. Ingin ku ajak Nabila, tapi terlambat. Ia melewati kamarku yang tepat berada dilantai 1 dengan membawa sekantong strawberry, “Rizkiii” teriaknya.
“Bil Bil” aku langsung berdiri dari tempat duduk santaiku dan menghampirinya
“Kok ke kebun nggak ngajak aku?”
“Ihh, kamu sih bangunnya siang amat. Tadi aku sudah tanya ke mama kamu, kata mama kamu, kamu masih mimpi indah. Yasudah aku pergi sama keluargaku deh”
“Hemm, yaweslah. Pasti deh nanti aku jadi bodyguard jeng-jeng itu”aku menunjuk ke kerumunan mama bersama istri-istri rekan kerja papa.
“haha, Rizki yang sabarr yaaaa”ejek Nabila sambil meninggalkanku
“Oh ya, semangat buat SBMPTN” Nabila memberikan genggaman tangan semangat yang luar biasa padaku.
Ternyata saat itulah, aku dan dia terakhir bertemu. Pas pulangpun aku kehilangan jejaknya, entah rombongan bis mini sudah pulang duluan atau bagaimana. Oke aku pulang dengan sedikit rasa kecewa tapi banyak rasa bahagia. Sesampai di Surabaya, aku memperbaiki hubunganku dengan Sintia. Syukurlah, sejak pertengkaran itu...Sintia bisa merubah sikap egoisnya. Mungkin memang ini cara tuhan menghadirkan cinta untukku. Jikalau boleh aku request sebuah lagu, mungkin lagu sang juara X-Factor Indonesia yang pantas untukku “Aku memilih setia”.
Siang hari yang indah aku ingin mengirimkan sebuah lirik untuk Nabila, hanya melalui Direct Message twitterlah aku bisa menyampaikan pesan itu, Kuberi judul “Maaf ya Bil, Aku memilih setia” :)

T'lah banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah-satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki…

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun ku tahu cintamu lebih besar darinya

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau besar dan tulusnya rasa cintamu
Tak mungkin untuk membagi cinta tulusmu
Dan aku memilih setia…

Seribu kali logika ku untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku memilih dan memilih mu

            Balasan yang bijak dari Nabila “ It’s okay Riz, no problem :’). Makasih ya dan Selamat yaa kamu sama Sintia semakin mesra aja di timeline :)