Sabtu, 24 Agustus 2013

GADIS LUGU MENEMUKAN CINTA SEJATI



            Pagi yang cerah, matahari mulai menampakkan sinarnya, begitu juga murid-murid SMA Kartika mulai berdatangan menampakkan wajah yang berseri-seri. Hari itu, suasana kelas 11 IPA 1 sangat ramai dan mendadak hening ketika Bu Winda, wali kelas mereka, masuk dengan seorang cewek berkaca mata besar dengan rambut dikepang dua yang terlihat kusut.
            “Anak-anak Ibu mohon perhatiannya sebentar, hari ini kalian mempunyai teman baru dari Bandung. Nisa, sekarang silahkan kamu memperkenalkan diri kepada teman barumu.”
            “Pagi teman-teman, Nama Saya Nisa Pratiwi, Saya dari SMA.....”perkenalan Nisa dengan logat desa yang terlihat sangat gugup terhenti
            “Dari SMA kampung kan loe ?”sahut Santi, cewek cantik tapi judes yang menjadi pemimpin geng Cantika.
            “Nggak usah ngomong kita juga sudh tau kaleee”lanjut Siska yang juga termasuk anggota geng tersebut.
            “Iya, dari penampilan loe aja sudah kayak gitu. Seharusnya loe itu nggak pantes masuk sekolah ini, Soalnya disini itu anaknya keren-keren, tajir dan gaul gito. Nggak kayak loe yang....iuhhh cupu”ledek Sella, juga anggota geng yang terkenal kumpulan anak pejabat dan terkenal sombong dan jahatnya.
            Ledekan Sella diikuti tawa semua anak di kelas tersebut terkecuali Randi dan Dewi, Bu Winda segera menenangkan kelas dan menyuruh Nisa duduk di samping Dewi. Nisa hanya terdiam dan mengangguk, dalam hati kecilnya Ia menangis tak hati seorangpun yang tahu tangisan hati seorang Nisa.
            “Ucapan mereka tadi jangan didengerin ya, dulu aku juga pernah digituin kok. Kamu yang sabar aja ya”bisik Dewi sambil menepuk pundak teman barunya. Nisa hanya mengangguk pelan.
            Pelajaran Bu winda sudah satu jam berlangsung, bel istirahat mulai terdengar. Dewi dan Nisa masih sama-sama membereskan buku-buku mereka di meja. Randi yang masih saudara sepupu Dewi menghampiri meja saudaranya.
            “Wi, perpus yuk. Gue butuh literatur nih”
            “Ehm, bentar”Dewi berbalik melihat Nisa
            “Nis, kamu mau kantin atau perpus?”tanya Dewi
            “Perpus aja, Oh ya nama kamu siapa?”
            “Oh yaya maaf, Aku Dewi dan ini Randi sepupuku”
            Randi menjabat tangan Nisa, Randi yang memang terlihat cuek kepada semua cewek membuat Nisa merasa sungkan menatap wajah cowok tinggi putih dan berbadan Atlit itu. Padahal hati Randi sangat baik apalagi otak cowok ini juga cukup cerdas. Selama jam istirahat, Mereka bertiga mencari kesibukan sendiri-sendiri. Terkadang Randi dan Dewi bergurau, Nisa hanya diam dan tersenyum melihat tingkah kedua saudara itu.
            Sepulang sekolah Dewi dan Randi mengantar Nisa pulang, geng Cantika sangat tidak suka dengan kejadian tersebut. Sesampai dirumah, Nisa langsung memeluk Bundanya.
            “Bunda, kenapa teman-teman baru Nisa bilang kalau Nisa cupu bun ? Mereka bilang Nisa anak kampungan”
            “Nisa, dengarkan Bunda. Anak Jakarta itu memang sangat berbeda dengan anak Bandung apalagi Bandung tempat kita dulu tinggal kan memang benar-benar di pedesaan. Mereka yang bilang seperti itu kan sudah terbiasa hidup dikota dengan gaya yang sok kayak gitu. Jadi kamu jangan pernah sakit hati dengar ejekan mereka sayang”hibur Bunda
            “Iya Bun, Nisa tau. Terus solusi Bunda?”
            “Ya, kamu harus menyesuaikan diri Sayang. Tapi masih tetap di jalan yang benar. Pahami maksud Bunda ya Sayang”Bunda mencium dahi Nisa dan meninggalkan Nisa yang masih melamun memikirkan ucapan Bundanya.
            Ditengah malam, Dewi yang terbiasa nggak bisa tidur alias insomnia akut mencoba masuk kamar Randi.
            “Randi, Randii, bukain dong, temenin gue, insom nih”Dewi memelas sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Randi
            Randi membuka pintunya dan kembali menekuni buku yang ia baca di perpustakaan tadi. Dewi nyelonong masuk dan mengutak atik laptop Randi yang tergeletak di kasur berselimut bendera inggris.
            “Ciyee, loe rajin amat sih. Jam segini masih belajar. Itu membaca beneran atau mikirin Nisa hayoo?”goda Dewi
            “Apa sih wi, gue cumaa dikit kok mikirin cewek baru itu”
            “Yaelah gue kan Cuma bercanda, eeehh loe ngaku beneran ternyata”
            “Sialan loe”Randi merasa malu, Ia kembali menekuni bukunya tanpa memedulikan celotehan Dewi
            “Emang, apa yang lo pikirkan dari dia Ran?” Tanya Dewi serius untuk kali ini, tapi Randi pura-pura nggak mendengar
            “Ran, gue tanya beneran ini. Jawab nggak? Atau besok gue bilangin ke Nisa kalau loe suka sama dia?”
            “Ehh wii jangan sembarangan deh, bilang kayak gitu kan fitnah, ngapain juga gue suka sama cewek kayak gitu”
            “Awas kemakan omongon loe, yaudah terus loe ngapain mikirin dia tadi?”
            “Gue cuma kasihan aja sama Nisa, sebenarnya sih dia cantik kan? Kalau bisa menyesuaikan diri sih”
            “Tuhkan loe muji dia cantik, jangan-jangan loe udah jatuh cinta?”
            “Hadeh...Loe diajak ngomong serius dari tadi bercanda mulu wi. Udah ahh, gue mau tidur, minggir.”Randi menarik Dewi keluar dan mengunci pintu kamarnya. Menuju kamar, Dewi tetap teriak-teriak menggoda Randi
            “Randi jatuh cinta, Randi jatuh cinta, cie cie”
            Keesokan harinya, Nisa dijemput dua teman barunya. Nisa juga sudah mulai berani mengobrol dengan Randi yang kemaren hanya cuek dan dingin terhadapnya. Karena Dewi harus bertemu Bu Winda pagi ini, Nisa dan Randi hanya berjalan berdua menuju kelas. Tentu, semua siswa melongo termasuk tiga anggota geng Cantika.
            “Sialan, anak kampungan itu sok banget. Gue yang 1 tahun sekolah sini aja belum pernah diantar jemput Randi apalagi jalan berdua, diaa kok bisa sih ciiinn?”Santi geram
            “Sabar ciiinn, nanti kita beri dia pelajaran, biar tau diri itu anak kampung”Sella menanggapi
            Saat pelajaran Matematika berlangsung, Nisa selalu menjawab pertanyaan dengan benar. Hati Randi berdecak kagum melihat kepandaian Nisa, Ia nggak menyangka kalau cewek itu akan jadi saingannya untuk menduduki peringkat satu lagi. Randi tak mau kalah ketika dua soal terakhir tersisa di papan, Bu Tika kembali menawari siapa yang mau menjawab di depan. Randi dan Nisa mengacung bersamaan,
            “Yah, Randi dan Nisa silahkan maju”
            Mereka maju bersamaan, Randi hanya tersenyum kepada Nisa, Nisapun membalas senyuman cowok ganteng itu. Dewi hanya geleng-geleng kepala melihat mereka, sedangkan Santi hanya bisa menggeram dan memukul-mukul meja.
            “Bu Tika yang adil dong bu, masa sih dari tadi yang maju anak kampung itu, kasih kesempatan ke yang lain dong bu”Santi protes
            “Loh, kalau ada yang mengangkat tangan selain Nisa ya ibu pilih dia, kamu mau maju? Ya silahkan . Nisa, coba kamu balik ke bangkumu ya. Coba kita kasih kesempatan ke Santi”Nisa kembali duduk dan Santi tak kunjung berdiri dari kursinya
            “Kok saya bu, ya coba anak lain mungkin ada yang mencoba”
            “Loh, kan kamu yang usul, ayo maju, silahkan”Santi maju dan dia belum menulis sedikitpun jawaban, teman-temannya yang bosan karena terlalu lama menunggu, mempermalukan Santi didepan.
            “Lama amat San, cantik doang yang di besarin tapi otak kecil amat”celetuk Febri, teman sebangku Randi
            “Mangkanya, jangan sok, harusnya loe bersyukur ada Nisa tadi yang maju, kalau sudah didepan nggak bisa, loe yang dipermalukan kan?”ejek Mutia, seisikelas menertawakan Santi yang terlihat malu di depan kelas
            “Arghhh, shit”Santi yang tak kuat menahan malu, keluar kelas. Bu Tika segera menenangkan suasana kelas kembali.
            Jam istirahat berlangsung, entah siswa kelas 11 ipa 1 kelaparan atau kenapa, ruangan kelas kosong, hanya terlihat Nisa yang asyik membaca novel kesayangannya. Geng Cantika memanfaatkan suasana tersebut, Santi tiba-tiba menggebrak meja dan merampas novel Nisa.
            “Heh cewek kampung, seneng loe sekarang yaa, berhasil mempermalukan gue di depan kelas. Hah?”
            “Mempermalukan? Itukan salah kamu sendiri, siapa juga yg nyuruh jadi orang sok”Nisa memberanikan diri untuk membantah dalam hati ia berharap ada Randi atau Dewi yang segera datang.
            “Heh...Loe berani ngatain Santi sok, loe kali yang sok”bela Sella
            “Iya, loe ngapain juga sih cari-cari perhatian ke Randi, Randi itu calon pacar Santi”tambah Siska
            “Masih calon kan ? belum pacaran kan?”Nisa berdiri dari bangkunya dan menatap Santi
            “Iuhh,,,loe berani deket-deket sama gue, minggir kampungan”Santi mendorong Nisa sampai terjatuh dikursi
            “Auh, sakit”Nisa meringkik kesakitan
            “Santi”gertak Randi yang dari tadi mengawasi mereka dari luar, diikuti Dewi yang masih merasakan dinginnya es, sedingin suasana dalam kelas siang ini
            “Ran...randii”Santi gelagapan
            “Iya, kenapa? loe manusia iblis ya, nggak pernah taubat. Dulu Dewi sekarang Nisa loe gituin, mau loe apasih?”
            “Gue benci sama dia, gue cemburu lihat loe sama dia terus, loe belain dia terus, aku cinta sama kamu”santi mengaku jujur, Dewi Cuma melongo dan akhirnya berbicara
            “Secinta apapun loe sama Randi, Randi gak bakal mau kalau kelakuan loe kayak gini terus, ngerti nggak?”
            “Diam”Santi langsung menyobek novel Nisa, Nisa hanya menangis melihat novel kecintaannya itu membelah menjadi dua
            “Dasar perempuan kampungan!”Santi langsung menjambak rambut Nisa dan menampar Nisa sekeras-kerasnya hingga Nisa pingsan. Mutia yang barusan masuk bersama teman lainnya kaget melihat ulah Santi.
            “Mampus loe!”imbuh Siska dan Sella, mereka bertiga langsung lari menyerobot keluar kelas. Randi mengajak anak cowok lainnya untuk membawa Nisa ke UKS
            Semenjak kejadian itu, geng Cantika tidak diizinkan masuk sekolah selama 3 hari, sementara Nisa juga masih tak terlihat batang hidungnya selama 3 hari, bahkan 1 minggu sudah kelas sepi tanpa terdengar jawaban dari gadis lugu itu. Randi dan Dewi yang menghawatirkan kondisi sahabatnya, berencana untuk mengunjungi rumahnya, tapi selalu tampak kosong.
            Untunglah, kedua saudara itu tak kenal lelah. Hari ke-8 sejak peristiwa itu, mereka mencoba menjemput Nisa, kehadirannya hanya disambut Bunda Nisa yang asyik menjahit baju.
            “Bunda, Nisa ada?”tanya Dewi, Randi hanya menunggu di mobil
            “Loh, kamu terlambat nak. Kemarin, Nisa balik ke Bandung sama kakaknya. Dia pindah lagi disana, katanya nggak kuat sama sekolah barunya”
            “Nisa punya kakak? Setahu Saya Nisa kan anak sulung bun, terus Bunda kenapa nggak ikut?” Dewi merasa curiga dengan ucapan Bunda sepertinya Bunda sedang berbohong.
            “Sudah hampir setengah 7, buruan berangkat nanti terlambat”Bunda mengelak
            Dalam tanda tanya besar, Dewi kembali masuk mobil dan menceritakan semuanya ke Randi. Sesampai di sekolah, Dewi dan Randi parkir disebelah mobil ferrari putih, mereka nggak menyangka ada siswa yang memiliki mobil seharga 2 milliar itu. Suasana kelas juga ramai, semua anak berkumpul di bangku Santi.
            Dewi melongo, bukan Santi yang duduk disana melainkan gadis yang tak asing wajahnya bagi Dewi. Tetapi, kali ini Gadis dengan rambut terurai, baju rapi, Wajah cantik dengan mata berlensa kebiru-biruan menyapa Dewi dengan logat barunya.
            “Dewi, Randi. Halo, senang berjumpa dengan kalian kembali”menyapa masih dengan wajah anggunnya, Dewi dan Randi masih melongo. Dewi segera melihat kalung liontin yang biasa dipakai Nisa dan ia baru sadar kalau...
            “Subhanallah, Nisaaaaa”teriak Dewi lalu memeluk sahabat barunya itu
            “Ini Nisa? Bukannya Nisa pindah ke Bandung?”tanya Randi nggak percaya
            “Iyaa, itu Nisa bro. Perubahan total bro, lihat ! Mobilnya pakai ferrari, sudah berani duduk di tempat ratu sihir lalu wajahnya secantik putri salju lagi, benar-benar kembang desa yang sempurna” celoteh Febri
            “Ah loe feb, nyerobot mulu, calon pacar gue itu”celetuk Irfan
            “Nis, benar-benar kamu? Syukurlah kamu nggak jadi pindah ke Bandung, kalau saja jadi pindah....”
            “Randi bakal kesepian tuh Nis, seminggu kamu nggak masuk aja. Dirumah bad mood mulu”canda Dewi
            “Cie cie, Tembak tembak tembak”seru teman sekelasnya
            “Nis, ikut aku yuk”Randi tiba-tiba menarik tangan Nisa menuju perpustakaan yang masih sepi.
            “Nis, kamu tahu kan fisika tanpa matematika itu bagaimana? Mereka itu bagaikan cinta sejati, dan aku rasa...fisika itu sama kayak aku dan kamu itu matematikanya, aku tanpa kamu nggak akan semangat menjalani pelajaran yang bertambah sulit ini.”
            “Jadi, maksud kamu?”
            “Maukah kamu jadi cinta sejatiku?”Nisa yang ditatap dengan tajam oleh Randi sedikit gugup
            “Kamu begini, bukan karena aku berubah kan?”
            “Enggak Nis, Randi dari awal itu sudah suka sama kamu, dia aja yang malu-malu kalau aku tanya?”Dewi menyahut di balik rak buku “Dia Serius Nis”tambah Dewi
            “Baiklah, aku mau jadi matematika untuk kamu, Randi”
            “Alhamdulillah, selamat yaaa pasangan baru”tiba-tiba teman sekelas Mereka keluar dari tempat persembunyian yang sendari tadi mendengar percakapan Randi dan Nisa.
            “Loh,,,kalian”Randi dan Nisa tersipu malu dan sedikit kesal dengan ulah temannya
            “Bro, selain jago fisika, loe juga jago nggombal ya”goda Febri diikuti tawa lainnya.
            “Nisa....”Santi, Sella dan Siska tiba-tiba ikut masuk ke perpustakaan
            “Maafin kita bertiga ya”ketiga anggota geng Cantika berbarengan memeluk Nisa
            “Maaf beneran atau pura-pura tuh, hati-hati lo Nis”celetuk Mutia
            “Iya ya, no problem. Aku akan maafin kalian kalau kalian minta maaf ke semua teman yang pernah kamu jahati”ucap Nisa bijak
            “Sekarang kalian lihat kan, perempuan berhati malaikat seperti inilah yang pantas jadi cinta sejatiku”tambah Randi sambil menggaitkan tangan ke pundak gadis lugu itu, Nisa.


           

2 komentar:

Mina_nugraha mengatakan...

Menyentuh banget ceritanya >,< Andai aja bisa kayak gitu :3

Putri Rahayu mengatakan...

Hihihi iya makasihh, itu hanya cerita khayalan kok pasti jarang banget yang ngalami kayak itu hehehe

Posting Komentar